Nurlaela
 
Picture
John Dalton, Pencetus Teori Atom Modern

John Dalton (1766-1844) ialah seorang guru SMU di Manchester, Inggris. Ia terkenal karena teorinya yang membangkitkan kembali istilah "atom". Dalam buku karangannya yang berjudul New System of Chemical Philosophy ia berhasil merumuskan hal tentang atom sekitar tahun 1803.

Ia menyatakan bahwa materi terdiri atas atom yang tidak dapat dibagi lagi. Tiap-tiap unsur terdiri atas atom-atom dengan sifat dan massa identik, dan senyawa terbentuk jika atom dari berbagai unsur bergabung dalam komposisi yang tetap.

Berikut 5 Teori Atom Dalton:
1. Unsur-unsur terdiri dari partikel-partikel yang luar biasa kecil yang tidak dapat dibagi kembali(disebut atom).Dalam reaksi kimia,mereka tidak dapat diciptakan,dihancurkan atau diubah menjadi jenis unsur yang lain.

2. Semua atom dalam unsur yang sejenis adalah sama dan oleh karena itu memiliki sifat-sifat yang serupa;seperti massa dan ukuran.

3. Atom dari unsur-unsur yang berbeda jenis memiliki sifat-sifat yang berbeda pula.

4. Senyawa dapat dibentuk ketika lebih dari 1 jenis unsur yang digabungkan.

5. Atom-atom dari 2 unsur atau lebih dapat direaksikan dalam perbandingan-perbandingan yang berbeda untuk menghasilkan lebih dari 1 jenis senyawa
Walau di kemudian hari terbukti ada 2 di antara 5 teorinya yang perlu ditinjau kembali, ia tetap dianggap sebagai bapak pencetus teori atom modern, terlebih lagi karena teorinya tersebut mampu menerangkan Hukum kekekalan massa Lavoisier dan Hukum perbandingan tetap Proust.

 
Picture
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan pada hari ini, Sabtu (26/6) akan kembali terjadi Gerhana Bulan Sebagian (GBS). GBS ini disaksikan dari wilayah Indonesia pada awal malam.
Anda yang berada di wilayah Indonesia bisa mengamati gerhana ini. GBS dilihat saat sore hari dan Anda harus menghadap ke arah Timur karena gerhana ini akan terjadi beberapa saat setelah Matahari terbenam.

Berdasarkan situs BMKG, gerhana bulan ini selalu terjadi pada saat bulan berada pada fase purnama. Namun demikian, tidak setiap purnama terjadi gerhana Bulan.

Hal ini karena orbit bulan mengelilingi Bumi tidak bertepatan dengan orbit Bumi mengelilingi Matahari (disebut ekliptika), tetapi membentuk sudut sekitar 5,2 derajat.
Apabila fase bulannya purnama dan posisinya di sekitar titik perpotongan orbit Bulan dan ekliptika, gerhana Bulan akan terjadi. Contoh keadaan ini adalah pada hari ini.
Saat itu fase bulan sedang purnama, dan posisinya dekat dengan titik perpotongan orbit Bulan dan ekliptika.

Secara astronomis, gerhana Bulan ini disebut Gerhana Bulan sebagian (GBS) karena hanya sebagian piringan Bulan yang tertutupi oleh bayangan umbra Bumi.
GBS ini termasuk anggota seri Saros ke 120 dan merupakan gerhana yang terjadi ke 58 dari 84 gerhana yang diperkirakan terjadi pada seri Saros ini.

Pada saat puncak gerhana, 53,68% piringan Bulan akan tertutupi oleh bayangan Bumi.
Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.

Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan sedang beroposisi dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptika, maka tidak setiap oposisi bulan dengan matahari akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong yang disebut node, yaitu titik di mana bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan terjadi saat bulan beroposisi pada node tersebut. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya. Maka seharusnya, jika terjadi gerhana bulan, akan diikuti dengan gerhana matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis yang menghubungkan antara matahari dengan bumi.

Sebenarnya, pada peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih dapat terlihat. Ini dikarenakan masih adanya sinar matahari yang dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap, bisa berwarna merah tembaga, jingga, ataupun coklat. Gerhana bulan dapat diamati dengan mata telanjang dan tidak berbahaya sama sekali.

Jenis-jenis gerhana bulan

• Gerhana bulan total
Pada gerhana ini, bulan akan tepat berada pada daerah umbra.

• Gerhana bulan sebagian
Pada gerhana ini, tidak seluruh bagian bulan terhalangi dari matahari oleh bumi. Sedangkan sebagian permukaan bulan yang lain berada di daerah penumbra. Sehingga masih ada sebagian sinar matahari yang sampai ke permukaan bulan.

• Gerhana bulan penumbra
Pada gerhana ini, seluruh bagian bulan berada di bagian penumbra. Sehingga bulan masih dapat terlihat dengan warna yang suram.


 
Picture
Sebagai makhluk paling sempurna, manusia dianugerahi sepasang mata yang luar biasa. Mata manusia dibekali kemampuan yang dapat melihat benda-benda yang jauh maupun benda-benda yang dekat dengan mata. Namun, seiring bertambahnya usia dan akibat perilaku yang tidak wajar, mata manusia kemudian memiliki keterbatasan. Keadaan mata manusia yang demikian dinamakan mengalami cacat mata.

1. Mata Normal (Emetropy)
Batas penglihatan manusia adalah titik jauh (punctum remotum (PR)), yaitu jarak terjauh yang dapat dilihat dengan jelas, dan titik dekat (punctum proxium (PP)), yaitu jarak terdekat yang dapat dilihat mata.

Mata normal dapat melihat dengan jelas benda-benda yang jaraknya hingga tak berhingga. Jadi PR = ¥ cm (tak berhingga). Namun, mata normal hanya bisa melihat benda paling dekat berjarak 25 cm, jadi PP = 25 cm.

2. Mata Myopi (Rabun Jauh)
Penderita myopi memiliki titik jauh yang terbatas di depan matanya, sehingga hanya dapat melihat benda dengan jarak tertentu. Bayangan benda jatuh di depan retina. Penderita myopi dapat ditolong dengan kacamata berlensa negatif (cekung), dengan kekuatan lensa:
                            PM = -100/ PR
Ket :
PM = kekuatan lensa (dioptri)

PR = Titik jauh mata (cm)



3. Mata Hypermetropi (Rabun Dekat)
Penderita hypermteropi memiliki titik dekat yang lebih dari 25 cm, PP > 25 cm. Bayangan benda jatuh di belakang retina. Penderita hypermetropi dapat ditolong dengan kacamata berlensa positif (cembung) dengan kekuatan lensa:
                        PH = 100/25 - 100/PP
Ket:
PH = kekuatan lensa (dioptri)
PP = Titik dekat mata (cm)

4. Mata Presbyopi (Mata Tua)
Penderita presbyopi memiliki titik jauh yang terbatas di depan matanya dan titik dekat yang lebih dari 25 cm, sehingga tidak dapat melihat jelas benda-benda yang jauh maupun yang dekat dengan mata. Penderita presbyopi dapat ditolong dengan kacamatan berlensa rangkap (bifokal).